September 20, 2010

Sylvia Saartje

Jauh sebelum booming istilah lady rockers di dasawarsa 80-an yang melekat pada sosok, seperti Nicky Astria, Nike Ardilla, Mel Shandy, Ita Purnamasari, Yosie Lucky, Ayu Laksmi, Atiek CB, Lady Avisha, Cut Irna, dan masih sederet panjang lainnya.
Nicky Astria dan kawan-kawan patut berterima kasih kepada Sylvia Saartje yang bisa dianggap sebagai pembuka jalan bagi mencuatnya penyanyi rock wanita.. Sylvia Saartje, wanita berdarah Maluku - Belanda yang dilahirkan 15 September 1957 di Arnhem, Belanda.
bagi penggemar musik rock era 70-an, Sylvia Saartje yang kerap dipanggil dengan nama kesayangan Jippie ini adalah daya tarik sebuah pentas pertunjukan rock yang saat itu didominasi oleh para pemusik lelaki. Bisa dibilang, Sylvia Saartje berlenggang sendirian dalam kancah musik rock Indonesia.

ketika majalah anak muda terbitan Bandung, Aktuil menggelar pertunjukan beraroma keras bertajuk Vacancy Rock pada 1972, Sylvia tercatat sebagai satu-satunya artis wanita yang berjingkrak-jingkrak meneriakkan lagu-lagu rock. Saat itu, ia dianggap pas melantunkan repertoar milik grup legendaris Led Zeppelin. Rasanya hanya Sylvia jualah yang pas menghayati nuansa blues milik almarhumah Janis Joplin.
Bahkan, di tahun 1974 dalam sebuah pertunjukan musik rock di kampus Universitas Padjadjaran Bandung, Sylvia mendapat sambutan luar biasa ketika menyanyikan lagu Pink Floyd dari album Dark Side of The Moon bertajuk 'The Great Gig in The Sky'. Penampilan vokalnya nyaris sempurna.Seperti kita ketahui, Komposisi milik Pink Floyd ini tergolong tidak mudah untuk dinyanyikan kalau tidak punya kualitas Vokal yang prima. Saat itu secara tidak langsung penonton langsung membandingkan vokal Sylvia dengan Claire Tory, artis wanita yang menjadi penyanyi tamu dalam album Pink Floyd.

Bakat menyanyi mulai terlihat sejak kecil tatkala Sylvia Saartje aktif tergabung dalam paduan suara gereja. Dalam usia 10 tahun, dia pun telah memberanikan diri mengikuti ajang Bintang Kecil di RRI Malang, Jawa Timur. Sylvia memang memilih musik sebagai pilihan hidup. Ketika berusia 11 tahun, dia mulai diajak bergabung sebagai vokalis band Tornado. ''Saya bergabung dengan Tornado dari tahun 1968 hingga 1970,'' ungkapnya. Di tahun 1970, ia mulai mengukir prestasi dengan masuk sebagai 10 besar finalis Lomba Bintang Radio se-Provinsi Jawa Timur.
Walaupun berkutat dengan musik pop, namun, nurani Sylvia bergelegak dalam pusaran dinamika musik rock. Memasuki dasawarsa 70-an, seniman ini mulai terlihat fokus menyanyikan repertoar rock dengan diiringi sederet grup musik yang berada di Jawa Timur, mulai dari The Gembell's, Bentoel, Avia's, Elfira, Bad Session, Oepet, Arfack Band, dan banyak lagi.

Di samping memilih jalur musik rock, Sylvia Saartje pun mengembangkan bakat seni peran yang dimilikinya. Pada tahun 1972, sutradara Ostian Mogalano mengajak Sylvia ikut bermain dalam film laga bertajuk Tangan Besi.
Pada dasawarsa 80-an, Sylvia banyak terlibat dalam beberapa film layar lebar, di antaranya mendapat peran utama dalam film Gerhana (1985)

Di tahun 1976, wartawan Mashery Mansyur berniat membentuk band rock wanita. Lalu menyatulah nama-nama, seperti Sylvia Saartje (vokal), Reza Anggoman (keyboards), Rini Asmara (drums), Senny (bass), Lis April (gitar), dan Lenny (gitar) dalam sebuah band dengan nama The Orchid. Sayangnya, usia grup ini tidak panjang. Setelah dikontrak bermain di beberapa tempat, The Orchid pun dinyatakan bubar. ''Walau gagal dalam membentuk band, tapi semangat bermusik saya tak pernah pudar,'' ujar Sylvia Saartje.

Setahun kemudian, Ian Antono, gitaris God Bless, menawarkan solo karier bagi Sylvia pada perusahaan rekaman Irama Tara. ''Saya merasa senang luar biasa. Apalagi yang mengajak saya adalah Ian Antono, pemusik rock ngetop yang seasal dengan saya, yaitu Malang. Tuturnya "Saat itu, Ian Antono baru saja sukses menggarap album Duo Kribo di perusahaan Irama Tara. Ternyata album bertajuk Biarawati berhasil sukses di pasaran. Lagu ini sering diputar di berbagai radio swasta di penjuru Nusantara".
kerja sama dengan Ian Antono hanya berlangsung di album perdana saja. album-album solo Sylvia Saartje lainnya didukung banyak pemusik berkualitas, semisal Jopie Item, Christ Kaihatu, Farid Hardja, Country Jack, Debby Nasution, dan Totok Tewel. Sejak tahun 1997, praktis Sylvia Saartje memang belum pernah merilis album baru lagi. ''Tapi, saya terus menulis lagu.''
Musik memang telah menyatu dalam pembuluh nadinya.


DISKOGRAFI


1. Biarawati - Irama Tara 1978
2. Kuil Tua - Irama Tara 1979
3. Puas - Irama Tara 1981
4. Mentari Kelabu - Irama Tara 1982
5. Ooh! (Irama Tara 1983)
6. Jakarta Blue Jeansku (Irama Tara 1984)
7. Gerhana (Insan Record 1986)
8. Take Me with You (Logiss Record 1994)
9. Berdayung Sampan (SKI 1995)
10. Skali Lagi! (SKI 1996)

FILMOGRAFI
1. Tangan Besi (PT Garuda Film,1972) aktris
2. Barang Antik (PT Kalimantan Film 1983) aktris
3. Gerhana (PT Inem Film 1985) aktris/Music Score
4. Kodrat (PT Multi Permai Film 1986) aktris

Saya teringat saat SMP sering mendengarkan Lagu Jakarta Blue Jeansku, yang sering diputar oleh om saya yang kuliah di malang.
"Jakarta Blue Jean ku" merupakan salah satu album dari kesepuluh album milik Sylvia Saartje. Berisi 11 lagu berirama pop rock dengan beberapa yang di variasikan dengan musik disko yang kala itu digemari muda-mudi Jakarta.

Tembang yang menjadi label album ini, "Jakarta Blue Jeans ku" karya Almarhum Farid Hardja sukses dibawakan Sylvia Saartje. Dengan irama Slow dan suara khas Sylvia Saartje yang melengking tinggi membuat lagu ini jadi hit di radio-radio juga.
Tidak kalah kerennya tembang kedua,"Damailah Kau Disana" karya Aribowo. Garapan musiknya sederhana, dengan paduan Gitar dan keyboards namun, kepiawaian Sylvia menyanyikan menjadikan nilai lagu ini lebih berbobot.

Yang tidak disangka adalah tembang MR Radio yang lebih didominasi irama disko. Maklum saja, lagu ciptaan Emier Hassany, dinilai bisa lebih dijual karena fenomena aliran musik jojing ini sedang digandrungi anak muda di Ibukota. Dengan intro suara radio, dan disusul dengan teriakan Sylvia menjadi nilai kreatif untuk lagu ini.

Memang benar jika ada yang bilang, musik rock era 70-an banyak dipengaruhi musiknya super band Led Zeppelin dan Deep Purple, ini juga yang terdengar pada tembang "Kembalilah" karya Farid Harja , juga pada lagu "Hujan" hasil karya Hassany.

Satu lagu karya Eddy CJ,bertitel "Gairahkan" mengusung irama Jazz. Oleh sang penciptanya, tembang ini diawali dengan nuansa Pop.

Jika anda ingin menikmati alunan Janis Joplin-nya Indonesia, pada lagu "Seandainya" dibawakan dengan sukses oleh Sylvia Saartje. Hentakan pada intro lagu diikuti dengan petikan gitar berintonasi lambat menjadikan lagu ini nge-blues.

Album dibawah label PT Irama Tara Jakarta ini layak menjadi koleksi para penggemar musik Indonesia,
Artist : Sylvia Saartje
Judul Album : Jakarta Blue Jeans ku
Label :Irama Tara 



 * Sumber: Kalbukita